Al-Harits Al-Muhasibi
WAHAI jiwa (an-nafs)! Berdoalah, dan merasa malu kepada-Nya, karena engkau terlalu lama tidak memiliki rasa malu kepada-Nya.
CELAKALAH engkau! Engkau malu
kepada makhluk; kepada orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir, kalau
mereka melihat di dalam dirimu terdapat apa yang membuat mereka
menceIamu, sementara engkau tidak malu kepada Yang melihat dan memantau
banyaknya dosa-dosa dan buruknya kata hatimu (dhamiruka).
Celakalah engkau! Tatkala engkau membawa wadah keburukan. Engkau
merasa resah dan takut kepada orang-orang jika mereka mengetahui tentang
sisi kejelekkannya ... Maka kapankah engkau akan memperbaiki hubunganmu
dengan Allah? jauh sekali!
Ingatlah mati, seakan-akan seperti hamba yang buruk yang tidak tahu
malu kepada Tuhan Pelindungnya yang tidak surut dan berhenti dari
kesalahan-kesalahannya, yang tidak mengetahui kebaikan Tuhannya, kecuali
saat tibanya Perhitungan amal (hisab) dan pemutusan hukuman (al-‘iqab).
Dengan demikian, ingatlah akan kematian, dan masa-masa setelah
kematian.
Apa pendapat mu tentang orang yang benci kalau orang-orang
melihatnya, sebagai mana Allah juga membencinya kalau ia melakukan
seperti itu, namun engkau sendiri, hai jiwa, tidak malu kepada Allah,
kalau sampai Dia melihat apa yang dibencinya.
Malang bagimu … dan mengejutkan! Pada saat engkau membiarkan dan
menyia-nyiakan kesempatan, dan engkau melakukan apa saja yang dibenci
oleh Allah. Lantas engkau mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah
justru dengan yang tidak diperintahkan kepadamu.
Engkau mengamalkan ibadah-ibadah tambahan (nawafil), engkau ber-amar
ma’ruf, melakukan nahi munkar, dan melakukan dakwah sebagai kedok belaka
— yang menurut anggapanmu demi jalan Allah, engkau pun terus berbuat
seperti itu, engkau menyuruh orang untuk berbuat padahal engkau sendiri
tidak mengamalkannya, engkau juga memberi larangan sedangkan engkau
sendiri tidak menghentikannya.
Kemalangan bagimu … maka dari itu engkau layak merasa malu.
Ratapilah alas hilangnya kelembutan kasih dan Tuhanmu, semoga engkau
akan malu kepada-Nya. Sesungguhnya kelembutan kasihNya ada yang lahir
dan ada yang hatin. Meskipun dengan kelakuanmu yang buruk secara lahir
dan batin, Dia tetap melanggengkan kebaikan-Nya secara berlipat-lipat
bersamaan dengan kesinambunganmu dalam ragam perbuatan jahat.
Celakalah engkau. Apakah engkau menjadi kafir? Ataukah engkau ragu-ragu akan keberadaan Allah?
Duhai, kecelakaanlah bagimu. Betapa buruk keadaanmu! Engkau berada
dalam kebinasaan, sementara engkau mengetahui hal itu. Engkau tetap saja
bersuka cita, berpaling dan tetap tidak peduli kepada Allah, Kepada
makhluk-Nya engkau malu, sebaliknya, engkau tidak memiliki rasa malu
kepada-Nya!
Celakalah engkau! Kuatkah engkau menghadapi murka-Nya? Tidakkah
engkau meminta petunjuk? Karena engkau tidak merasa resah ataupun sedih.
Bahwa semua itu adalah kelalaian dan kelancangan kepada-Nya!
Engkau telah terjerumus dalam kebimbangan dalam urusanmu, wahai jiwa.
Silih berganti dalam keterlenaan agar aku turut di belakangmu dan
engkau tidak mengharap keterlibatanku untuk membantumu. Aku telah
memberimu nasihat, namun kau tidak mengambil pelajaran, ataupun sekadar
bersedih. Aku telah mencelamu, tapi engkau tidak merasa malu. Aku telah
mengadukanmu kepada Dzat Yang mengajarimu, tapi kau tidak mendekat untuk
menyambut-Nya. Aku telah memohon kepadamu, tapi engkau tidak membantu.
Aku tidak mengerti, apa yang harus aku lakukan? Kepada siapa lagi aku
meminta pertolongan, dan kepada siapa aku harus meminta bantuan? Semoga
kepada Rabb-ku — kewibawaan yang menjadi milikNya (jahuhu), memohonkan
untukku sehingga berkenan memberi syafa’at-Nya dan memberiku jalan
keluar. Aku tidak memiliki cara lagi jika Dia tidak mengabulkan
permohonanku!
Tuhan Pelindungku! Tidak ada lagi Yang bisa diminta (Mathlab) untuk
memberikan jalan kemudahan, dan dengan pengulangan-pengulangan
permohonan bantuan dan kesinambungan pengaduan. Mudah-mudahan Dia akan
mengasihani kelemahan, melenyapkan kesengsaraan dan menyembuhkan
sakitku, serta membangkitkanku dari keterpurukan dan menyelamatkanku
tatkala tenggelam.
Karena aku, demi Allah, adalah si pendusta yang diberi penghalang
(al-mastur) dari antara hamba-hamba yang lain. Aku adalah orang yang
binasa yang mendapat keleluasaan, dan aku adalah orang yang tenggelam,
yang masih bisa bersukaria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar