Social Icons

Pages

Kamis, 13 November 2014

Kumandang Azan Bilal di Allianz Arena (Markas Bayern Munich)


Kabar menggembirakan itu menghampiri selepas klub raksasa Jerman Bayern Munich meraih gelar Bundesliga ke-23 akhir pekan lalu. Lewat situs resmi mereka, tim berjuluk FC Hollywood ini mengumumkan bakal membangun sebuah masjid di markas klub, Stadion Allianz Arena.

Pihak manajemen menyatakan masjid itu dibangun buat memenuhi kebutuhan tempat salat bagi pemain dan pendukung beragama Islam. Pembangunan masjid itu merupakan gagasan pemain sayap kiri andalan Franck Ribery. Dia awalnya meminta klub menyediakan satu ruangan kecil buat salat pemain, seperti dilansir situs onislam.net, Senin pekan lalu.

Masjid itu nantinya akan dilengkapi imam tetap, perpustakaan, dan menggelar ceramah-ceramah agama. Klub akan membiayai 85 persen dari total anggaran proyek
pembangunannya. Sisanya menjadi tanggungan pemain dan penyokong Bayern. Namun tidak disebutkan kapan pembangunan itu bakal dimulai dan berapa lama akan selesai.

Didirikan 113 tahun lalu, Bayern Munich merupakan klub paling sukses di Jerman. Mereka sudah 23 kali menjuarai liga domestik dan meraup 15 piala. Dengan kekayaan Rp 5,5 triliun, Bayern tahun lalu menjadi klub terkaya keempat sejagat.

Bayern bukan klub Eropa pertama membangun masjid buat pemain mereka. Newcastle United merupakan penghulu dalam hal ini.

Tentu saja, rencana pembangunan masjid di Allianz Arena itu tidak sekadar menyenangkan buat Ribery dan dua pemain muslim lainnya di Bayern, yakni Xherdan Shaqiri dari Swiss dan Emre Can asal Turki. Warga muslim berdarah Turki yang jumlahnya sekitar 43 ribu di Munich - kota terbesar ketiga di Jerman setelah Berlin dan Hamburg - kemungkinan besar berpuas hati.

Barangkali Ribery ingin menjajal suaranya untuk mengumandangkan azan di masjid itu nantinya. Sesuai nama barunya setelah masuk Islam pada 2006, Bilal Muhammad Yusuf. Bilal merupakan sahabat Nabi Muhammad bertugas sebagai muazin.

Dubai: Negara Muslim Termegah dan Termodern yang Menjunjung Hukum Islam

Dubai Burj Khalifa, Gedung Tertinggi di Dunia Terletak di Negara Ini, Saking Tingginya Gedung Ini Membuat Waktu Berbuka Puasa ataupun Sahur di Tiap Lantai Berbeda















 

Dubai - Setiap negara memiliki norma sendiri dan semua orang termasuk wisatawan harus menaatinya. Ada beberapa aturan kesopanan yang harus diketahui saat liburan di Dubai, Uni Emirat Arab. Apa saja?

Sebagai negara yang menganut sistem hukum Islam, Dubai memiliki peraturan yang ketat di beberapa bagian. Seperti contoh, wisatawan tidak boleh menunjukkan romantisme di depan umum. Jangankan berciuman, berpegangan tangan di depan umum pun sudah dilarang.

Tahun 2010 silam, sepasang turis asal Inggris pernah ditahan selama sebulan karena berciuman di tempat umum, demikian ditengok dari The Sidney Morning Herald, Rabu (27/3/2013). Memang, peraturan yang berlaku di sana adalah tidak boleh memamerkan romantisme di depan umum, termasuk berpegangan tangan atau berciuman.

Berikut sejumlah aturan dari Dubai Department of Tourism and Commerce Marketing yang berlaku untuk wisatawan asing yang berkunjung ke sana:

Anda dibolehkan mengkonsumsi alkohol jika sudah berumur 21 tahun ke atas. Namun, minum di area umum atau mabuk di tempat umum sama sekali tidak diperbolehkan.

Peraturan lainnya, mengumpat, meludah, bertindak agresif dan merokok di luar area yang diizinkan adalah tindakan yang melanggar hukum. Para pria lazimnya saling menjabat tangan kala bertemu, meski para wanita diminta tidak menyodorkan tangannya ke lawan jenis.

Bagi para pria, berhati-hatilah saat melihat wanita Arab. Karena peraturan yang berlaku, pria harus menghindari tatap-tatapan dengan penduduk lokal wanita. Ini juga berlaku untuk sekadar menatap, daripada terkena masalah, lebih baik hindari memandang wanita Arab.

Tidak begitu jauh berbeda dengan Indonesia, saat bulan Ramadan, makan dan minum di tempat umum juga tidak diperbolehkan. Para turis yang non Muslim bisa makan dan minum di area yang tidak terlihat banyak orang seperti di hotel atau restoran yang tertutup.

Saat berlibur ke negara di Timur, termasuk ke Dubai, turis wanita harap mengenakan pakaian yang sopan. Mengenakan atasan yang terbuka atau bawahan yang terlalu pendek di tempat umum itu tidak dianjurkan. Memakai pakaian renang atau bikini boleh saja selama di kolam renang atau area pantai. Selain di sana, memakai pakaian minim tidak diperbolehkan.

Peraturan terakhir adalah, para turis pria harus selalu mengenakan pakaian atau kaus. Pria sama sekali tidak boleh bertelanjang dada atau akan terkena masalah jika melanggar peraturan tersebut. sumber

Berikut Gambar Keindahan Kota Dubai:

Kota Dubai Dengan Gedung-Gedung Pencakar Langitnya
Salah Satu Hotel Termegah dan Termahal di Dunia, Dubai Merupakan Surganya Dunia
Suasana Pagi di Kota Dubai, Pemandangan Embun Pagi dengan Gedung Pencakar Langitnya
Mobil Patroli Polisi Dubai, Dengan Pintu Sayap di Samping Kanan dan Kirinya, Mantap Gan, Semoga Saja di Indonesia Mobil Patrolinya Bisi Begini Juga, Para Penjahat Ga Mungkin Bisa Kabur. Heeee.....

Dubai Membuat Pulau-Pulau Kecil Dengan Bentuk Bola Dunia Maupun Pohon Kurma dengan Gedung-Gedung Indah dan Megah yang Berdiri di Atasnya





Air Mancur Dengan Efek Lighting serta Alunan Musik, Air Mancur Ini Meliuk-Liuk Mengikuti Alunan Musik

Masa Tuhan Bisa Mati? dan Anthony Pun Masuk Islam

 
ANTHONY Vatswaf Galvin Green lahir Dar es Salam, Tanzania. Ibunya seorang Katolik yang taat dan ayahnya seorang agnostik, dan sejak kecil Anthony dididik sebagai seorang Katolik yang taat.

Ayahnya seorang administrator kolonilal kerajaan Inggris. Kini, kerajaan yang terbentang begitu luasnya lebih dari sepertiga permukaan bumi itu telah hancur. Satu-satunya yang tersisa adalah beberapa pulau di Falklands. Begitu banyak hal yang berubah, termasuk Antony, bahkan namanya kini berubah menjadi Abdur Raheem Green—setelah ia masuk Islam tentunya.

Oleh ibunya, Anthony kecil adiknya, Duncan disekolahkan di asrama biara. Setiap hari ia hidup bersama para biarawan di Ampleforth College, di Yorkshire, Inggris Utara. Sang ibu menganggap dengan bersekolah di asrama akan membuat Anthony menjadi penganut Katolik yang taat.

“Seharusnya ibu juga menikah dengan seorang Katholik, tapi karena ibu menikah dengan ayah yang agnostik, ia merasa menjadi seorang penganut Katolik yang buruk. Maka, ia ingin menjadikanku seorang Katolik yang taat,” terang Anthony.

Saat Anthony berumur sembilan tahun, sang ibu mengajarinya sebuah doa yang biasa diucapkan oleh umat Katholik. Doa itu dimulai dengan kalimat “Salam maria, ibu Tuhan”. Namun, kalimat itu membuat Anthony heran.  Bahkan dalam usianya yang baru sembilan tahun, kalimat itu seperti pukulan pertama, mendengar ibu berkata salam maria ibu Allah

“Aku kemudian bertanya pada diri sendiri bagaimana Tuhan bisa memiliki ibu?” katanya. Ia berpikir Tuhan seharusnya tanpa awal dan tanpa akhir. Bagaimana bisa Tuhan memiliki seorang ibu? Anthony kecil kemudian mengambil kesimpulan “jika Maria adalah ibu Tuhan, maka pasti Maria menjadi Tuhan lebih baik daripada Yesus.”

Belum lagi soal pelajaran di sekolahnya yang semakin membuatnya galau. Di sekolah, dalam satu kali setahun selalu ada pengakuan dosa kepada pastor. “Kamu harus mengakui semua dosa, jika tidak maka pengakuan dosa-dosamu tidak akan diampuni,” demikian kata sang pastur yang terus diingat oleh Anthony.
Anthony merasakan keimanannya semakin bermasalah. Pikirannya mulai liar, ia bahkan memiliki ide “Tuhan menjadi manusia”.

Pikirannya mulai terbuka. Ia sering bertanya mengapa harus sekolah di asrama, jauh dari siapapun dan dimanapun. Saat berusia sebelas tahun, sang ayah dipindah tugaskan ke Mesir. Ayahnya menjadi General Manager Barclays Bank di Kairo. Hampir selama sepuluh tahun, ia selalu menghabiskan waktu liburan di Mesir. Sekolah di London, dan liburan di Mesir.

Ia mulai jatuh cinta pada Mesir. Saat kembali ke sekolah seusai liburan, ia bertanya untuk apa kembali ke asrama Yorkshire Moor, ia merasa tak menyukai tempat itu. “Saya mulai bertanya pada diri sendiri mengapa saya ada, apa tujuan hidup saya, hidup ini untuk apa?”

Ia lantas mulai mencari jawaban, memulai pecarian. Pencarian itu barangkali bisa ditemukan melalui agama lain yang mungkin bisa memberikan  pemahaman tentang tujuan hidup.

Sepuluh tahun waktu yang di ia habiskan di Mesir. Ada satu masa saat ia berumur 19 tahun berbincang tentang Islam dengan seseorang. Ia memang meragukan Katholik sebagai agamanya. Tapi saat itu siapapun yang mempertanyakan agamanya itu, ia akan tetap membela keimanannya. Ia merasakan ini sebagai sebuah paradoks yang aneh.

“Aku berbincang dnegan orang itu selama 40 menit. Pemuda itu memintaku menjawab beberapa pertanyaan darinya,” katanya.

Si pemuda menanyakan “Apakah kau mempercayai Yesus?”, Anthoni menjawab “Ya”. Pemuda itu kemudian bertanya lagi, “Apakah kamu percaya Yesus mati disalib?”, Anthoni kembali menjawab “Ya.” Si pemuda kembali bertanya “Jadi kamu percaya Tuhan mati?”.
Seketika Anthony terperangah, menyadari sebuah ironi. Sambil mengakui kebodohan dirinya, ia menjawab, “Tentu saja saya tidak percaya Tuhan mati. Manusia tidak bisa membunuh Tuhan,” tandas Anthony.

Pertemuan dengan pemuda Mesir itu menjadi titik balik dalam kehidupan Anthony. Sebelumnya ia tak pernah bermimpi bahkan memikirkan tentang Islam. Anthony berpikir bahwa karena taka da agama, maka ia harus jadi orang kaya.  Ia berpikir bagaimana menghasilkan uang tapi hanya sedikit usaha. “Siapa yang ingin mengabiskan banyak waktu untuk bekerja?” pikirnya. Ia mengingat orang Inggris yang memiliki banyak uang tapi mereka bekerja terlalu keras, bahkan sampai terjadi revolusi industri. Orang Amerikapun harus berjuang keras untuk menjadi kaya. Orang Jepang pun dikenal sebagai penggila kerja.

“Kemudian saya berpikir tentang orang Arab. Mereka duduk di atas unta dan berteriak ‘Allahu Akbar’, tapi mereka kaya,” ujarnya.
Anthoni merasakan ketertarikan luar biasa untuk membeli Alquran. Ia mengambil terjemahannya. “Aku tak ingin mencari kebenaran. Aku hanya ingin tahu apa isi kitab suci ini,” katanya.

Anthony adalah pembaca yang cukup cepat. Ia membaca Alquran saat berada di kereta api. Seketika itu pula ia menyimpulkan dan berkata pada diri sendiri, “Jika saya pernah membaca buku yang berasal dari Tuhan, maka ini dia bukunya.”

Ia menyakini Alquran itu berasal dari Allah. Ketika menyadari itu ia mulai bergerak lebih jauh, tak hanya membaca Alquran saja, tapi untuk mengamalkannya juga. “Sama saja seperti kita melihat apel yang terlihat harum, kita tak akan pernah tahu rasanya kalau tidak mencicipinya,” katanya.

Tertarik dengan pengamalan Alqurlan ia pun mulai mencoba untuk shalat meski saat itu ia belum resmi mengucap syahadat. Tak tahu bagaimana cara shalat, ia mengingat-ingat bagaimana seseorang yang pernah ia temui di Mesir melakukan shalat. “Saya mengingat seorang lelaki shalat dengan cara yang lebih indah dibandingan saya ketika saya masih menjadi Katholik,” ingatnya.

Suatu hari Anthony pergi ke toko buku yang kebetulan berada di dalam masjid. Toko itu memiliki koleksi buku tentang Muhammad dan tata cara shalat. Seorang pria menanyakan apakah ia seorang Muslim. Anthony lantas menjawab, “Apakah saya Muslim, apa yang ia maksud dengan itu? Saya bilang ‘Ya saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusannya’.”

“Ah, bila demikian, Anda Muslim. Ini waktunya shalat, mari kita shalat,” ajak lelaki itu.

Anthony kebetulan datang ke toko buku itu saat hari Jumat. Ia yang tak paham gerakan shalat hanya berusaha shalat dengan gerakan yang ia tahu saja. Masih salah disana-sini. “Setelah itu orang-orang mengelilingi saya dan mengajarkan saya cara shalat yang benar. Itu rasanya fantastis!”
Namun butuh dua tahun sebelum akhirnya ia resmi bersyahadat dan menjadi Muslim. Anthony mengaku menyesal telah menyia-nyiakan waktu dua tahun sebelum menjalani Islam dengan baik. “Aku tahu kebenaran tapi tak segera menjalankannya. Itu adalah kondisi yang buruk. Jika kita tidak tahu, maka tidak dikenai dosa. Tapi masalahnya saya tahu apa yang benar,” katanya. Kini Anthony telah berganti nama menjadi Abdur Raheem Green. Seorang Muslim. [islampos]
 
Blogger Templates